SIAPAKAH PEMIMPIN SUMBA TENGAH KE DEPAN ?

lazarus.gifLasarus U.L. Pinyawali – Pertanyaan di atas merupakan bahan pembicaraan yang menarik dan sekaligus menegangkan seluruh masyarakat Sumba Tengah yang sedang berada dalam arak-arakan menyongsong pemilihan kepala daerah secara langsung tahun ini. Hal itu tidak saja terjadi dalam pusaran wilayah Sumba Tengah sendiri, tapi di luar daerahpun di mana komunitas masyarakat Sumba Tengah berada tema ini hangat didiskusikan. Ketika ada pertemuan dua wajah atau lebih, entah di bale-bale, sawah, kebun, kantor, kampus dan di mana saja, pertanyaan siapakah pemimpin Sumba Tengah ke depan selalu menarik untuk didiskusikan. Hampir tidak ada pembicaraan yang lewat begitu saja tanpa menyinggung Sumba Tengah. Rasanya pembicaraan itu belum lesat kalau tidak digarami dengan wacana Sumba Tengah. Orang Anakalang mengatakan: mera kagaha manaina atu napanewi, mera maha mela badiya atau orang Kupang bilang: ke karmana ko?

Bukan saja menarik tapi juga menegangkan dan mendebarkan jantung serta membuat aliran darah naik turun tak beraturan, terutama bagi mereka yang berada dalam lingkaran inti pertarungan. Bila diselidiki secara sosial mengapa demikian, maka jawabannya cukup mudah ditemukan, karena tidak seorangpun yang memegang tangan rakyat dalam menceblos dan ini menyangkut nasib dan masa depan kita bersama. Baik buruknya nasib dan masa depan kita itu, sebagian besarnya ditentukan oleh siapa pemimpinya, tanpa bermaksud mengabaikan dukungan masyarakat. Memang kita semua tahu dan sadar bahwa apa yang dilakukan oleh seorang pimpinan, semisal bupati adalah hasil kesepakatan bersama dengan segenap masyarakat melalui DPR dan jajaran birokrasi. Namun kendali tertinggi untuk mengarahkan seluruh proses dan tindakan politik atau katakanlah pembangunan agar mencapai sasaran sesuai kesepakatan bersama tadi terletak pada pimpinan. Dalam rangka itu tentu saja dipikiran dan hati kecil kita masing-masing telah menjagokan bahwa si A, B atau si C lah yang dianggap mampu dan harus menjadi pemimpin Sumba Tengah.

Tulisan ini tidak dimaksudkan kepada siapa, tapi lebih kepada bagaimana? Karena saya seorang rohaniawan, maka buah tangan ini lebih banyak berpijak dari sisi moralitas atau etika. Dengan titik pijak ini, maka kehadiran Sumba Tengah harus dilihat sebagai karya penyelamatan Allah bagi masyarakat Sumba Tengah. Mengapa?

Pertama tidak ada peristiwa yang kebetulan terjadi di bawah kolong langit ini tanpa sepengetahuan dan campur tangan Yang Kuasa. Kalau kita yang berjuang selama ini adalah orang yang beriman kepada Tuhan dan menyadari sebagai ciptaanNya, maka secara iman peristiwa ini tidak bisa tidak diklaim sebagai cara Allah untuk menyelamatkan masyarakat Sumba Tengah dari berbagai ketertindasan(seperti kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dll) untuk mengalami damai sejahtera.

Kedua, siapakah yang pernah membayangkan kekuasaan pemerintahan Orde Baru yang sangat sentralistik dan otoriter itu akan hancur, dan akibatnya daerah mempunyai peluang membangun dirinya melalui UU otonomi daerah 22 tahun 1999 yang kemudian di perbaharui dengan UU 32 tahun 2004.

Ketiga, seperti yang saya sudah katakan dalam tulisan yang pertama: kalau mau jujur dari berbagai persayaratan terutama pada sektor ekonomi, Sumba Tengah belum bisa dimekarkan. Contohnya perbankan saja sebagai jalur askes ekonomi yang paling sentral belum ada, tapi toh kita berhasil mekar. Tidakkah ada kekuatan tersembunyi yang mana itu adalah kekuatan Allah yang menyertai perjuangan politis kita selama itu?

Karena Sumba Tengah adalah karya penyelamatan Allah, maka proses Pilkadal dan pembangunan Sumba Tengah ke depanpun harus dijalani dalam terang ini. Sebagai warga Sumba Tengah mari kita masing-masing bertanggung jawab untuk menciptakan suasana Pilkadal yang damai, bebas dari tindakan anarki dan kekerasan. Marilah kita menyimak baik-baik isi dan tujuan visi misi para calon, apakah benar-benar mengarah kepada pembebasan masarakat dari berbagai tekanan hidup terutama kemiskinan dan Sumber Daya Manusia yang belum memadai, sebagai masalah serius di Sumba Tengah? Selain itu komitmen moral dan pengabdian para calon dalam mewujudkan visi misinya untuk mengeluarkan masyarakat Sumba Tengah dari masalah serius di atas, harus juga menjadi concern atau perhatian kita. Sebab visi misi yang baik saja belumlah cukup, jika tidak diikuti oleh komitmen moral dan pengabdian yang kuat. Dengan melakukan ini, maka kita akan menjadi pemilih yang bertanggung jawab atau setidak-tidaknya sedikit menghindarkan kita dari kemungkinan salah pilih. Selain itu, kita juga tidak gampang dipengaruhi oleh tawaran-tawaran murahan.

Sebagai calon pemimpin Sumba Tengah ke depan, marilah kita juga menawarkan visi misi yang ideal tapi realistis dengan persoalan-persoalan riil yang ada pada masyarakat Sumba Tengah. Sehingga ke depan masyarakat Sumba Tengah benar-benar terbebaskan dari belenggu-belenggu kehidupan, terutama dari kemiskinan dan kebodohan. Visi misi yang ideal dan realistis itu tentu harus diikuti pula oleh komitmen moral dan pengabdian diri yang tinggi kepada Allah melalui masyarakat Sumba Tengah. Karena kita telah lebih dahulu diselamatkan atau dimerdekakan oleh Allah dari masalah-masalah seperti di atas, maka marilah kita tularkan penyelamatan Allah itu kepada seluruh masyarakat Sumba Tengah, termasuk mereka yang tidak mendukung dan memilih kita. Dengan berbuat demikian, kita akan menjadi pemimpin besar dan berbudi luhur serta patut diteladani dan disegani.

Kalau demikian berarti kita dihindarkan dari kebingungan, ketegangan bahkan ketakutan akan siapa yang menjadi atau dikehendaki Tuhan untuk memimpin Sumba Tengah ke depan. Karena Sumba Tengah adalah karya penyelamatan Allah bagi masyarakat Sumba Tengah, maka gerejapun turut memikul tanggung jawab dalam menciptakan suasana Pilkadal yang damai dan pembangunan Sumba Tengah yang berkualitas ke depan. Gereja-gereja di Sumba Tengah tidak boleh menjadi penonton yang pasif dan masa bodoh dengan persoalan sosial politik. Sebab kalau visi misi gereja adalah menghadirkan tanda-tanda penyelamatan Allah di dunia ini, maka masalah sosial politik dan semua hal yang terkait dengan manusia tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebab kalau tidak gereja hanya menghadirkan kedamaian dalam ibadah-ibadah, tapi setelah itu masyarakat berada dalam kekacauan dan ketidakdamaian. Penyelamatan Allah adalah penyelamatan yang merambah pada seluruh tatanan kehidupan manusia tanpa terkecuali. Mengatakan bahwa penyelamatan Allah hanya urusan pribadi yang bersifat rohani, berarti kita telah menyempitkan makna penyelamatanNya, dan karena itu jangan mengeluh bila dunia ini sarat dengan persoalan yang menyakitkan dan mengerikan. Bukankah kondisi di luar gereja turut mempengaruhi keadaan dalam gereja. Misalnya kalau masyarakatnya damai dan ekonominya maju, gereja juga turut merasakan dampaknya? Sebaliknya bila dunia berantakkan oleh karena pertarungan politik, bukankah gereja juga turut meneguk pahitnya?

Dalam hal ini tidak dimaksudkan bahwa gereja menjadi subordinasi atau menjadi alat boncengan dari pemerintah. Tidak! Gereja dan pemerintah merupakan dua organisasi yang sama-sama mempunyai perhatian terhadap kesejahteraan manusia. Hanya tawaran kesejahteraan dari pemerintah terbatas di dunia ini, sedangkan gereja melangkah jauh sampai ke akhirat. Karena tujuan keduanya sama walau tidak persis, maka harus ada kerja sama. Tapi bila pemerintah atau sebaliknya gereja melakukan penyimpangan dari tujuan mulia itu, maka gereja mesti menegur dan mengingatkan pemerintah, demikian pula sebaliknya. Berteman tidak berarti menghapuskan perbedaan atau meniadakan eksistensi masing-masing. Melainkan perbedaan dan eksistensi masing-masing itu mesti dipertahankan demi ceck and balance atau saling mengisi dan melengkapi. Bagaimanakah bentuk keterlibatan gereja dalam perpolitikan di Sumba Tengah? Kalau setiap hari minggu, selain mendoakan proses Pilkadal dan pembangunan Sumba Tengah kelak, tapi juga gereja terus menghimbau warga jemaat melalui khotbah dan arahan-arahan agar menjalani Pilkadal dengan damai dan menjadi warga Sumba Tengah yang bertanggung jawab dalam pembangunannya pada masa datang, maka sesungguhnya gereja sudah turut berpartisipasi dalam dinamika perpolitikan di Sumba Tengah. Memilih sikap netral ditengah perbedaan pilihan politik masyarakat, tetapi bersuara kritis ketika penyimpangan adalah juga bentuk keterlibatan positif gereja dalam politik.

Demikian torehan tangan ini dibuat untuk turut memperkaya khazanah atau kamus berpolitik kita dalam menyongsong Pilkadal pembangunan Sumba Tengah pada masa datang. Siapakah pemimpin Sumba Tengah ke depan? Jawabannya ada dihati setiap masyarakat Sumba Tengah dan para kandidat, dan terutama Tuhan sendiri. Pikiran dan hati kita bisa salah menduga, tapi hati dan pikiran Tuhan tidak akan pernah salah. Tangan kita bisa salah mencoblos, tapi tapi tangan Tuhan selalu pasti kearah mana coblosannya. Selamat mempersiapkan Pilkadal dan pembangunan Sumba Tengah ke depan, semoga damai nan jaya.

12 Komentar

  1. Pemimpin Sumba Tengah saat ini haruslah sosok pemimpin yang mengutamakan kepentingan rakyat, jangan berorientasi akan uang ( Otonomi Daerah )

    Good Bless Sumba Tengah . . .

  2. pemimpin yang diharapkan oleh masayarakat SUMBA TENGAH saat ini adalah pemipimpin yang Pertama, tidak mementingkan kepentingan pribadi, pemipmpin yang orientasinya bukan uang ataupun kedudukan tapi hanyalah pada orientasi melayani, pemipinpin yang tidak arogan, pemimpin yang mampu merasakan penderitaan yang sekarang dirasakan oleh masyarakat ST.dan masi banyak tipe pemimpin seperti apa yang diiinginkan oleh ST. yang jelas siapa pun yang akan menjadi pemimpin, HAL YANG TERPENTING perhatikanlah rakyat mu, sejahterakan mereka, melayani lah dengan HATi. ehhehehehheheh. Sumba Tengah maju terus, dan jayalah sepanjang masa.

  3. @Petikan artikel : “Ketiga dan terakhir, seperti yang saya sudah katakan dalam tulisan yang pertama: kalau mau jujur dari berbagai persayaratan terutama pada sektor ekonomi, Sumba Tengah belum bisa dimekarkan. Contohnya perbankan saja sebagai jalur akses ekonomi yang paling sentral belum ada, tapi toh kita berhasil mekar. Tidakkah ada kekuatan tersembunyi yang mana itu adalah kekuatan Allah yang menyertai perjuangan politis kita selama itu?”

    Dengan adanya fakta semacam itu, sudah selayaknya bukan hanya pemimpin daerah yang memegang tanggung jawab menyeluruh atas keberlangsungan Sumba Tengah, tetapi masyarakat pun wajib ambil bagian dalam pembengunan ST kedepan.
    Sifat lama yang buruk seperti jiwa malas dan tidak mau bekerja keras harus ditanggalkan saat ini juga.
    Contoh kongkrit, liburan desember kemarin waktu di Sumba. Saya diajak bermain judi saat penerimaan gaji awal dari salah seorang pegawai kontrak ST. Bukankah lebih baik bila gaji itu dibawa pulang dan diserahkan ke istri? Tanggungan keluarga kok dijadikan prioritas sekunder.
    Hal-hal kecil semacam itulah yang harus sejak saat ini ditanggalkan, jangan dijadikan budaya.

    Viva Sumba Tengah

  4. Syalom!
    Pertama-tama saya mau ucapkan selamat kepada TALORA untuk berita dan artikelnya,Anda Lahir… karena Sumba Tengah lahir.Ide dan kreatifitasmu Masyarakat sumba tengah akan selalu menanti.
    Saya tertarik dengan tulisan di atas. pertama bahwa : tidak ada peristiwa yang kebetulan terjadi di bawah kolong langit ini tanpa sepengetahuan dan campur tangan Yang Kuasa. Benar sekali saya setuju, masyarakat SUmba Tengahpun mengakuinya hal itu. dan ini adalah anugerah terindah bagi Masyarakat Sumba Tengah.namun pada poin yang ketiga.(saya kutib lagi)
    Sumba Tengah belum bisa dimekarkan. Contohnya perbankan saja sebagai jalur askes ekonomi yang paling sentral belum ada, tapi toh kita berhasil mekar. Tidakkah ada kekuatan tersembunyi yang mana itu adalah kekuatan Allah yang menyertai perjuangan politis kita selama itu?. saya tidak setuju. Pemekaran bukan diperuntukan bagi daerah yang suda punya macam-macam. tetapi diperuntukkan bagimereka yang tertinggal dari berbagai bidang yang bermuara untuk pendekatan pelayanan. buktinya sudah kita bisa lihat. kegiatan pemerintahan dan perekonomianpun tetap berjalan. BANK bukan salah satu indikator untuk layak ato tidaknya sebuah kabupaten dimekarkan. Pemekaran bukan untuk menajadi anak yatim piatu. Karena kita masih bersama dengan kabupaten Induk.untuk itu harapan saya, siapapun dia jangan kita mengulas lagi syarat-syarat layak tidaknya kabupaten ini.tetapi lebaik baik bagaimana kita memikirkan hal-hal yang mendukung perjalanan ST ke depan.
    Terimakasih. Tuhan memberkati. Syalom

  5. Memang benar, ada tidaknya sebuah BANK tidak bisa dijadikan tolak ukur sebuah pemekaran. Tapi perlu diingat, jangan sampai kita terlena dengan keberhasilan yang masih kecil ini.

    Masih banyak PR (pekerjaan rumah – red) yang harus kita kerjakan. Pemerintah dan Rakyat ST (Sumba Tengah – red) harus saling bahu-membahu membnagun Sumba Tengah yang menurut saya masih balita (baru lahir – red).

    Untuk itulah kita sebagai masyarakat yang memiliki kualitas dan ilmu memikirkan bagaimana caranya membangun ST ini kedepannya.

    Saya memberi contoh, para sarjana yg masih nganggur, pergunakan ilmumu itu untuk diiimplementasikan pada bidang pendidikan, “Pemberian les/kursus gratis kepada anak-anak yg tidak sanggup untuk bersekolah karena kekurangan biaya”.

    Bagaimana ?

  6. Komentar yang lain Please ?????????????

  7. Banyak faktor yang mempengaruhi pemekaran sebuah kabupaten, baik faktor ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, aspek manajerial serta pertimbangan teknis lainnya harus menjadi kriteria yang terukur untuk menilai suatu daerah otonomi temasuk ST
    Nah Kn ST sudah lahir di tengah keterbatasan/keterbelakangan masyarakat ST. bagaimana kita membangun secara bersama-sama.
    Kutip “kehadiran Sumba Tengah harus dilihat sebagai karya penyelamatan Allah bagi masyarakat Sumba Tengah” dilihat dari sisi keimanan.saya sangat setuju dengan pendapat beliau.
    jd masayarakat ST harus sudah selibih selektif dan arif dalam menilai, memilih calon pemimpin ST kedepan
    Kecenderungan yang terjadi selama ini masytakat di ninabobokan dengan sesumbar janji prongram dan visi/misi para calon.

    kalau kehadiran ST adalah penyelatan Allah bagi masyarakat ST maka pilih lah pemimpin yang menyelamatkan anda dari keterbelakangan.

    Kini pemerintah tengah revisi Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah (seperti yang dimuat Buletin talora Edisi ke 2). saya sangat menyambut gembira kehadiran PP ini. karena sudah 6 tahun lamanya otonomi daerah dijalankan belum ada evaluasi dari pemetintah. kanapa? banyak daera yang sudah mekar Pada tataran elitnya semakin makmur, sementara masyarakat semakin terburuk. Kesenjangan sangat nyata terjadi. Pada sisi lain, pemekaraan wilayah juga sudah dimanfaatkan oleh kalangan elite, baik lokal maupun nasional, yang mencari keuntungan dari pemekaran wilayah.

    Oleh karena itu, evaluasi pelaksanaan Otonomi Daerah merupakan suatu yang tepat dan nicaya adanya. Bahkan jika perlu, pemerintah harus meninjau ulang usulan pemekaran dan segera melakukan tindakan kepada daerah hasil pemekaran yang semakin terpuruk. bagaimana denga ST, kita siap maju atau bergabung kembali?heeee. saya rasa ini pertanyaan yang terlalu dini untuk ST. tapi tidak ada salahnya kita sudah berpikir sampai ke tataran itu.

  8. To pak Lasarus: kutip “maka secara iman peristiwa ini tidak bisa tidak diklaim sebagai cara Allah untuk menyelamatkan masyarakat Sumba Tengah dari berbagai ketertindasan(seperti kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dll) untuk mengalami damai sejahtera”.
    ada satu hal yang mengganjal dan sekaligus menjadi pertanyaan saya. apakah pertama:Iman itu kita bisa hubungkan denga sebuah perjuangan (politik), kedua, Tuhan menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini sempurna/baik adanya. yang menjadi pertaan saya, kalau memang Tuhan menciptakan segala sesuatu sempurna, kenapa di dunia ini masih ada ketertindasan?sepeti yang tulis di tulisan pak lasarus. berarti saya bisa menyimpulkan Tuhan itu tidak sempurna!!!!!!!!!

  9. Memang secara riil saya belum menemukan bagaimana campur tangan Tuhan dalam proses pemekaran wilayah Sumba Tengah. Tapi sebagai orang beriman kita harus melandaskan perjuangan itu kepada suatu kuasa yang manusia sendiri tidak bisa memprediksinya. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana menggerakan social capital yang ada dalam masyarakat sehingga dia menjadi energi yang positif untuk pembangunan dan pengembangan ST ke depan. contoh social capital yang saya maksudkan disini adalah kesetia kawanan sosial yang ada pada diri orang sumba secara keseluruhan. saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami kehilangan rasa kesetiakwananan sosial itu, sehingga tidak heran jika kita sering membaca dan mendengar ada orang tua yang tega membunuh anaknya sendiri karena pengaruh himpitam ekonomi.
    so, jangan terlalu banyak berdebat mengenai bagaimana Tuhan bisa menyelamatkan ST. Mungkin saat ini Tuhan sedang tidak berada di Indonesia. Mungkin Tuhan sedang berada Irak karena disana yang paling membutuhkan pertonganNYA. (jangan disalah artikan, ini hanya bahasa orang sosial yang nakal)

  10. Sampai dengan saat inipun saya belum menemukan secara riil bagaimana Tuhan menyelamatkan masyarakat ST. Tapi satu yang pasti adalah, sebagai orang yang beriman kita harus melandaskan setiap perjuangan kita pada satu kuasa yang manusia sendiri tidak bisa memprediksinya (bisa ditolong bisa juga tidak). Ada banyak hal yang bisa kita polemikan dalam wadah ini. Saya cukup tertarik dengan isu kemiskinan yang saat ini menjadi bahan perdebatan oleh berbagai elemen bangsa berkaitan dengan masalah kemiskinan. Saat ini kita banyak melihat dan mendengar tentang kasus bunuh diri atau orang tua yang tega membunuh anak-anaknya karena himpitan masalah ekonomi. Memang, persoalan menghabisi nyawa orang lain karena himpitan ekonomi belum kita dengar terjadi di ST, tetapi kita harus melakukan langkah antisipasi agar persoalan ini jangan sampai terjadi di ST.
    Ada banyak hal yang menyebabkan orang menjadi miskin, tapi tidak ada satupun manusia yang berkeinginan menjadi miskin. pemeritah sebagai pemegang mandat rakyat harus bertanggung jawab terhadap persoalan kemiskinan di daerahnya masing-masing. salah satu cara yang bisa ditempuh berkaitan dengan persoalan kemiskinan adalah membuka akses pendidikan yang selebar-lebarnya kepada masyarakat untuk mengenyam pendidikan.
    so, jangan terlalu banyak berdebat tentang bagaimana Tuhan menyelamatkan masyarakat ST. Mungkin saja Tuhan saat ini sedang tidak berada di Indonesia. Mungkin Tuhan sedang berada di Irak karena disana yang paling membutuhkan pertolonganNYA. (jangan disalah artikan, ini hanya terminologi sosial tentang social justice dari Tuhan). he.he.heeeee……..
    “Hanya orang yang berpikir yang bisa membangun ST” Maju terus ST pantang Mundur……

  11. to sdr oskar.
    @kutip: Ada banyak hal yang menyebabkan orang menjadi miskin, tapi tidak ada satupun manusia yang berkeinginan menjadi miskin.

    @benar bagi saya kalau tidak ada orang yang ingin menjadi miskin. berarti saya bisa simpulkan miskin itu segaja di ciptakann. yang menajdi pertayaan, siapa yang menciptakaan?
    @disini saya menyakini Tuhan sebagi juru selamat dan Tuhan saya. memahami Tuhan sebagai pencipta disini berarti ada ketidak sempurnaan dalam penciptaan itu. ketidak sempurnaan itu dimana?lebih logisnya lagi kesalahn itu ada pada Tuhan atau manusia?
    @memang sulit untuk berdebat tentang bagaimana Tuhan itu menyelamatkan, apalagi seseorang yang tidak kita ketahui wujudnya.
    akan tetapi disini tidak ada hukum yang melarang itu. saya rasa kita bebas menilai Tuhan itu apa dan apa benar ciptaannya itu sempurna.

  12. Yang saya mau katakan ialah bila pemekaran dilihat dari syarat pemekaran sebagaimana tertuang dalam UU 22 yang kemudian diperbaharui dengan UU 32 tahun 2004 dan kemudian diperbaharui lagi dengan UU 12 tahun 2008, jelas persyaratan kesiapan ekonomi adalah salah satu faktor yang menentukan. Apa artinya ini? artinya ialah kalau pemekaran Sumba Tengah dilihat didasarkan pada syarat ini, jelas tidak bisa mekar dong. Memamg seperti yang Manuwolu bilang justru karena kita miskin sehingga kita mekar, tapi apakah dijamin dengan pemekaran kita akan tiba-tiba terbebas dari kemiskinan? Bukan tidak mungkin setelah mekar akan muncul struktur-struktur baru yang menindas, sehingga kita tercampak lagi dalam kemiskinan berikutnya. Misalnya dengan pemekaran sekarang banyak struktur atau katakanlah job-job baru yang harus diisi dan itu membutuhkan cost, lalu sumber cost andalan kita adalah DAU dan DAK, bisa dibayangkan bila ke depan DAU dan DAK itu tiba-tiba berhenti atau katakanlah berkurang dari mana ngambilnya, ujung-ujungnya rakyat yang diperas. Daerah-daerah yang PADnya besar sekarang sudah semakin enggan untuk mengoper sebagian besar dananya ke pusat. Bukan tidak mungkin ke depan kalau daerah-daerah yang PADnya besar berkeras untuk tidak memberikan pendapatannya ke pusat, berarti alokasi pusat untuk DAU dan DAK ke daerah-daerah yang PADnya kecil akan terganggu. Soal ukuran kehadiran Tuhan, sebenarnya menurut filsafat Yasper: ketidaksempurnaan manusia itu adalah pertanda bahwa adanya Tuhan yang sempurna, bukan pertanda bahwa Tuhan tidak ada. Artinya kalau ada ketidaksempurnaan berarti pasti ada yang sempurna. Siapakah yang sempurna? Yang sempurna dalam keyakinan kita adalah Dia yang beyond atau yang melampaui segala apa yang ada di bumi, yang kita kenal dengan Tuhan. Bagi saya mekarnya Sumba Tengah adalah bukti bahwa Tuhan itu berkarya bagi Sumba Tengah. Sebab pemekaran Sumba Tengah adalah peristiwa pembebasan dari pembangunan yang tidak merata dari kabupaten induk selama ini, sehingga berdampak pada semakin tebalnya kantong kemiskinan dan lain-lain. Tinggal bagaimana sekarang kita terus memperjuangkan peristiwa pembebasan itu sehingga menjadi benar-benar riil dalam kehidupan nyata di Sumba Tengah.
    Berikut apakah iman punya urusan dengan masalah politik? ya pasti dong! serhana saja jawabannya: kalau kita yakini bahwa Tuhan dapat membuat Sumba Tengah maju, maka kita harus bekerja/belajar keras, berusaha menciptakan sistem yang adil yang dapat mensejahterakan semua warga Sumba Tengah, dan sejenisnya. Dengan berbuat demikian sebenarnya persoalan iman telah memasuki ranah atau dunia politik to? Yang saya mau tegaskan adalah bahwa politik sebagai usaha bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama bukanlah sesuatu yang kotor, malah itu bersesuaian dengan kehendak Tuhan, yang mengajari kita untuk saling mengasihi supaya ada kedamaian diantara kita. Karena itulah politik juga harus berjalan dalam koridor-koridor yang baik, untuk menghasilkan ouput yang baik dan mendatangkan kesejahteraan bagi semua. Sebenarnya ketika kita berteriak: hilangkan KKN, sesungguhnya kita sedang menyuarakan kehendak Tuhan, supaya kekayaan negara jangan digarap hanya oleh beberapa orang. Kalau benar bahwa politik adalah sesuatu yang kotor, mengapa kita harus berteriak: hilangkan KKN? Karena itu mari kita jujur, apakah politik sebagai sistem hidup bersama yang kotor, atau kita pelakunya yang mengotorinya demi pemenuhan kebutuhan sepihak?

    Tinggalkan Balasan


Comments RSS TrackBack Identifier URI

Tinggalkan Balasan ke lasarus Batalkan balasan